Selasa, 28 Maret 2017

Communicable Diseases

Logo UNDIP 









MAKALAH
KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AREA COMMUNICABLE DISEASES
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas dan Keluarga II
Dosen Pembimbing: Ns. Artika Nurrahima, S.Kep, M.Kep.


Disusun oleh:
Kelompok 7- A.14.2:
Siti Aisyah                              22020114120049
Maftukhatun Nimah              22020114120063
Aullia Niken Wulandari          22020114120048
Endang Susilowati                  22020114120007
Diah Ayu Siska Y                   22020114130131
Tadea Yasinta Wijaya             22020114140076
Anggita Junayah                     22020114140091
Alfiah Tri Hastuti                    22020114130098



DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Konsep Keperawatan Komunitas Dalam Area Pencegahan Dan Penanganan Penyakit Menular.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan bimbingan dari dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Keluarga II yaitu Ns. Artika Nurrahima S.Kep. M.Kep, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Keperawatan Komunitas Dalam Area Pencegahan Dan Penanganan Penyakit Menular ini dapat memberikan manfaat, menambah pengetahuan maupun inpirasi terhadap para pembaca.
   
                                                                                      Semarang, 22 Maret 2017
   

                                                                                              Penyusun


DAFTAR ISI


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    PENDAHULUAN

Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik keperawatan profesional yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat secara luas. Lingkup keperawatan komunitas tidak terbatas pada individu yang sakit saja, namun seluruh masyarakat dari berbagai jenjang usia dalam rentan sehat maupun sakit meliputi peningkatan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Salah satunya adalah perannya dalam pencegahan penyakit menular di masyarakat.
Saat ini, masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah dan tenaga kesehatan bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran lingkungan. Sehingga insiden dan prevalensi penyakit menular yang berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Mobilitas dan peningkatan jumlah penduduk, penyediaan air bersih, pemanfaatan jamban, pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, polusi udara, air dan tanah dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit menular.

B.     TUJUAN

1.      Mengetahui definisi communicable diseases
2.      Mengetahui konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam area communicable diseases
3.      Mengetahui macam-macam communicable diseases
4.      Mengetahui konsep pencegahan communicable diseases di area komunitas
5.      Mengetahui asuhan keperawatan pada komunitas dengan penyakit menular

 

BAB II

ISI

A.    KONSEP AREA

1.      Definisi
Communicable diseases atau penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh suatu agen tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain. Proses penyakit dimulai saat agen siap menetap dan tumbuh/ bereproduksi dengan tubuh pejamu ( F.Mckenzei, 2013).
Communicable diseases merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit-penyakit baru sering muncul dan yang lainnya masih dalam proses pengendalian. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi perubahan sosial, perubahan lingkungan, dan perubahan perilaku yang dapat menyebabkan munculnya agen infeksi penyakit. (Clark, 1999)
Communicanle diseases adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan dari satu individu ke indvidu lain dan disebabkan karena adanya agen perantara yang dapat menginfeksi individu yang rentan. Agen perantara penyakit menular bisa manusia, hewan atau serangga sedangkan sumber infeksi bisa dari manusia, hewan, serangga atau benda mati yang menjadi tempat hidup dan tempat perkembangbiakan infeksi serta dapat menjadi sumber infeksi bagi yang lain. Communicable diseases telah menantang tenaga pelayanan kesehatan selama berabad-abad untuk mengembangkan perawatan dan langkah-langkah pencegahan yang tak terhingga, mulai dari prosedur sederhana sepertu mencuci tangan, sanitasi, ventilasi yang cukup hingga pengembangan vaksin dan antibiotik (Spradley & Allender, 1996).
Pengetahuan tentang communicable diseases (penyakit menular) merupakan suatu hal yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas karena penyakit ini dapat menyebar di seluruh komunitas penduduk. Memahami konsep dasar pengendalian penyakit menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu daerah dapat membantu  praktik keperawatan komunitas dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang lebih efektif di suatu populasi atau kelompok. (Spradley & Allender, 1996)
2.      Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan keperawatan komunitas antara lain adalah:
1.      Pencegahan penyebaran penyakit menular lebih lanjut
2.      Pengontrolan prevalensi dan insidensi penyebaran penyakit menular di area endemik
3.      Pengelolaan area dengan prevalensi penyakit  menular yang tinggi
4.      Memutus mata rantai penyebaran penyakit menular
5.      Pemberdayaan masyarakat untuk memberi dukungan terhadap penderita dan keluarga
Menurut Clark (1999) secara garis besar, keperawatan komunitas berperan penting dalam perencanaan pencegahan, mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit menular yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Perencanaan pencegahan penyakit menular meliputi, imunisasi, intervensi lingkungan, promosi kesehatan komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan penyelidikan (Spradley & Allender, 1996).

3.      Mata Rantai infeksi
Agen patogenik (penyebab penyakit) meninggalkan reservoirnya (pejamu yang terinfeksi) melalui gerbang keluar (portal of exit). Penularan terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung, dan agens patogenik masuk ke dalam tubuh pejamu yang rentan melalui gerbang masuk (portal of entry) (F.Mckenzei,2013). 
Contoh, agens (virul selesma) meninggalkan reservoir (tenggorokan orang yang terinfeksi), mungkin saat pejamu bersin. Portal of exitnya adalah hidung dan mulut. Penularan dapat terjadi secara langsung jika droplet air liur memasuki kesaluran pernapasan pejamu yang rentan di dekatnya atau penularan berjalan  tidak langsungjika droplet menjadi kering dan menjadi bawaan udara (air borne). Portal of entry-nya dapat berupa hidung mulut dari pejamu yang rentan. Agens masuk dan infeksi baru terjadi. (F. Mckenzei, 2013)
 






Bagan 1.1: Mata rantai infeksi


4.      Cara penularan infeksi
Bagan 1.2 rute penularan infeksi
 


Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), Penularan penyakit tidak terjadi pada ruang hampa tetapi penularan adalah hasil interaksi antara satu komponen dengan komponen lain contohnya manusia, agen infeksius (bakteri), lingkungan yang terkontaminasi. Penularan ini dapat terjadi secara vertical dan horizontal, contoh penularan vertical adalah penularan antara orang tua dan janin melalui plasenta, ASI dan persalinan sementara penularan horizontal terjadi secara langsung seperti antar manusia, manusia dengan air, atau manusia dengan vector (nyamuk). Jenis penularan terdiri dari 2 yaitu
a.       Transmisi langsung, adalah transmisi yang didapat dengan segera dari agen infeksius melalui kontak fisik, contoh scabies, rubella, dan gonorea
b.      Transmisi tidak langsung, adalah pajanan infeksi melalui muntahan di kendaraan, hewan dan vector (biologikal dan mekanikal). Muntahan mampu menjadi transmisi infeksi karena mengandung makanan, cairan serta darah dari dalam tubuh manusia yang mengalami infeksi. Vector dapat menyebabkan virus atau bakteri hewan lain dengan gigitan, ludah, feses, urin dan daging yang terkontaminasi

5.      Pencegahan Penyakit Menular
Pencegahan penyakit menular di lingkup komunitas dapat dilakukan melalui 3 jenis pencegahan (Spradley & Allender, 1996), yaitu:
a.       Pencegahan primer/ tingkat pertama
Sasaran utama pencegahan primer adalah orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host)                    
: Perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian imunisasi, pendidikan kesehatan
Penyebab (agent)      
: Menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti dengan  penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai penularan.
Lingkungan (environment)
: Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan.

Kewaspadaan standar atau standard precaution diberlakukan terhadap semua pasien, tidak tergantung terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar disusun untuk mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui dan beberapa merupakan praktek rutin (Nies, M.A., & Mc Ewan, M., 2001), meliputi:
1)      Kebersihan tangan
2)      Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun
3)      Peralatan perawatan pasien
4)      Pengendalian lingkungan
5)      Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6)      Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7)      Penempatan pasien
8)      Hyangiene respirasi/Etika batuk
9)      Praktek menyuntik yang aman
10)  Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

b.      Pencegahan sekunder
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut.
Kegiatan pencegahan sekunder ini meliputi:
1)      pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
2)      penyaringan (screening) penyakit pada kelompok resiko atau kelompok secara umum saat timbul tanda dan gejala penyakit
3)      surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu. Contohnya kemoproflaksis doksisiklin yang diberikan pada wisatawan ke daerah yang endemik malaria.
c.       Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pencegahan tertier meliputi: isolasi (mengasingkan diri) dan karantina, serta desinfeksi.

Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) terdapat 4 hal upaya memperlakukan infeksi yaitu
a.       Kontrol
Pengontrolan adalah upaya untuk mengurangi insiden atau prevalensi secara global. Contohnya pemberian imunisasi kepada 80% balita seperti BCG untuk TBC, polio, DPT di semua negara
b.      Eliminasi
Adalah upaya pengontrolan pada area geografi yang spesifik seperti pada Negara, kepulauan atau benua dan mengurangi prevalensi atau insiden yang terjadi. Contohnya upaya pengurangan poliomeilitis di eropa dan pasifik barat, rubella di inggris di pulau karibean, dan tetanus pada neonatal di eropa.
c.       Pembasmian
Adalah mengurangi insiden penyakit menjadi nol di seluruh dunia. Contohnya pembasmian pada cacar tahun 1977 yang sekarang virus tersebut hanya ditemukan pada laboratorium. Beberapa kriteria pembasmian suatu penyakit adalah penyakit itu menyerang manusia, mudah didiagnosa, dapat meningkatkan imunitas, penyakit musiman terdapat perawatan kuratif.

Berdasarkan beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa pencegahan penyakit menular dalam lingkup komunitas dapat dilakukan dengan tiga cara: yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier

6.      Gambaran Kejadian Penyakit Menular di Indonesia dan Dunia
Penyakit menular masih menjadi masalah yang serius baik di Indonesia maupun di dunia. Berdasarkan data Kemenkes RI (2015)  prioritas penanganan penyakit menular masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain-lain.
Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) di antaranya adalah pasien dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika, Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 diantaranya meninggal dunia (Kemenkes RI, 2016).
Di Indonesia, prevalensi TB paru smear positif per 100.000 penduduk usia > 15 tahun sebesar 257 pada tahun 2013. Angka notifikasi kasus menggambarkan cakupan penemuan kasus TB. Secara umum angka kasus BTA positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan (Kemenkes RI, 2016).
Sedangkan kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15-49 meningkat. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat manjadi 0,43% pada 2013. Angka CFR AIDS juga menurun dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013. (Kemenkes RI, 2015)

7.      Vaksin dan Penyakit Menular
Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), salah satu upaya untuk mencegah penyebaran penyakit menular adalah dengan pemberian vaksin. Berikut adalah kebutuhan vaksin sesuai kelompok manusia, diantaranya:
a.       Remaja dan dewasa muda


·         hepatitis B
·         Varisela
·         Rubella
·         Dosis MMR kedua
·         Tetanus dan dipteri (Td)


b.      Dewasa dan lansia
·         Pneumococcal
·         Influenza
c.       Ibu hamil
·         Tetanus dan dipteri pada trimester 2/3
·         Rubella
·         MMR
·         Varisela
·         OPV di lingkungan dengan risti
·         Hepatitis B
·         Pneumococal
·         Meningococcal
·         Rabies

Tabel 1.1 Jenis dan waktu pemberian vaksin

 
 










1)      Text Box: Gambar 1.1 Penyakit HIBhttps://www.cdc.gov/hi-disease/images/child-eye-iac.jpgHaemophilus influenze type B (Hib), adalah infeksi bakteri akut yang bersifat invasive yang dapat mempengaruhi keseluruhan organ tubuh. Hib berhubungan dengan penyakit meningitis, epiglotitis, otitis media, pneumonia, arthritis dan selulitis. Manifestasi dari penyakit ini adalah demam, letargi, muntah, iritasi meningeal, penurunan status mental, nyeri leher, pembengkakan epiglottis, distress pernapasan, lesi kulit, dan infeksi ke telinga. Komplikasi seperti sepsis arthritis, sumbatan jalan napas, bahkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak dibawah 5 tahun.  Hib dapat ditularkan melalui droplet.
2)      https://mediaanakindonesia.files.wordpress.com/2011/11/jaundice.jpg?w=350&h=200&crop=1Hepatitis A,B dan C,
a.       Hepatitis A
Text Box: Gambar 1.2 Penyakit hepatitis AAdalah infeksi virus akif yang biasanya terjadi < 2 bulan dan manifestasinya adalah diawali dengan demam, anoreksia, malaise, urin gelap dan jaundice. HAV di transmisikan melalui kontaminasi fekal-oral dari makanan dan air dengan masa inkubasi 15-50 hari dengan rata-rata 25-30 hari. Virus ini biasanya terjadi di negara berkembang yang biasa terjadi pada anak-anak 5-14 tahun. Penyakit dapat didiagnosa dengan adanya serum antibody dan tidak ada perawatan spesifik yang direkomendasikan. Kontraindikasi vaksin ini jika ada alergi.

b.      Hepatitis B
Hasil gambar untuk gambar hepatitis BText Box: Gambar 1.3 Penyakit hepatitis BAdalah infeksi virus yang memiliki gejala awal yang tidak diketahui, namun pada fase selanjutnya akan dijumpai tanda anoreksia, mual muntah yang diikuti dengan kekuningan. Terkadang akan menjadi hepatitis yang fatal. Transmisi dari virus ini melalui kontak langsung dengan darah yang terkontaminasi sekret tubuh, transplantasi dan hubungan seksual. Masa inkubasi 45 hari-6 bulan dengan rata-rata 90 hari. Biasanya terjadi pada bayi dan orang dewasa.
c.       http://hepatitis.cl/wp-content/uploads/2010/10/coluria.jpgHepatitis C
virus ini mempunyai awalan yang tidak diketahui, orang yang terinfeksi akan tanda gejala yang sangat luas diantaranya anoreksia, nyeri perut, mual muntah. Transmisi virus ini melalui darah.
Text Box: Gambar 1.4 Penyakit hepatitis C

3)      Text Box: Gambar 1.5 Penyakit lymehttp://rxscoops.com/gallery/fullsize/552ba5987f09c.jpgPenyakit lyme, infeksi bakteri ini menular melalui gigitan, biasanya gigitan rusa. Masa inkubasi 3-35 hari dengan manifestasi eritema, migraine, kemerahan, pada bekas gigitan dan bekas tersebut seperti mata sapi jantan.


4)      Text Box: Gambar 1.6 Penyakit campakhttp://3.bp.blogspot.com/-X6jFCrzw8tY/UyEV4XkaDmI/AAAAAAAAAEo/jIUWKyeBN_g/s1600/campak.jpgCampak, adalah sebuah penyakit infeksi akut dengan disertai demam 101 oF, batuk, konjungtivitis. Paling banyak terjadi pada anak usia 12 bulan. Penegakan diagnose berdasarkan kultur jaringan sekresi nasofaringeal dan tes serologi. Vaksin yang diberikan MMR

5)      Text Box: Gambar 1.7 Penyakit mumpshttp://www.immune.org.nz/sites/default/files/styles/213_width_scale/public/images/Mumps%20unilateral%20adolescent%20-%20Source%20Creative%20Commons_0.JPG?itok=pYLQsPA9Gondong, adalah penyakit sistemik karena virus yang menyebabkan demam dan pembengkakan yang nyeri di kelenjar saliva dan carotid. Ditularkan melalui droplet dan kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. Masa inkubasi 12-25 hari.  Penegakan diagnose berdasarkan isolasi virus dari oral dan tenggorokan, urin dan cairan spinal. Penyakit ini dapar divaksinanasi dengan MMR


6)      Text Box: Gambar 1.8  Penyakit polio Penyakit campakhttp://infodiseases.com/wp-content/uploads/2016/10/unduhan-1.jpgPolio, adalah penyakit enterovirus akut. Manifestasi berupa paralisis. Cara transmisi dengan droplet melalui udara, kontaminasi fekal oral dengan masa inkubasi 7-21 hari. Penyakit ini diberikan vaksin OPV.

7)      Rubela, adalah penyakit karena virus dengan manifestasi ruam makulopapular, oksipital dan limpa denopati posterior servikal. Pada anak biasanya tidak terdapat gejala namun pada orang dewasa disertai demam dan malaise. Masa inkubasi 14-23 hari. Biasa divaksin dengan MMR
8)      Tetanus, adalah penyakit akut neurological karena bakteri anaerob. Manifestasi berupa nyeri konttraksi otot dan spasme otot. Transmisi secara tidak langsung melalui kontaminasi luka, dari tanah dan muntahan yang terkontaminasi. Masa inkubasi 1-20 hari, biasanya divasksin dengan TT
9)      Text Box: Gambar 1.9  Penyakit varisela Penyakit campakhttp://kidshealth.org/EN/images/illustrations/ChickenPoxPR-A-enIL.jpgVarisela (Chicken pox), adalah penyakit menular dengan berbagai awalan. Transmisi melalui droplet dari secret saluran napas, kontak langsung cairan vesikuler, infeksi dari ibu selama hamil. Manifestasi yang terjadi demam, malaise, dan ruam. Paling banyak terjadi pada usia > 15 tahun. Masa inkubasi selama 14-15 hari. Biasanya divaksinasi MMR

10)  Hasil gambar untuk gambar cholera diseaseKolera, adalah infeksi bakteri enteric akut dengan manifestasi diare encer, mual, dan dehidrasi. Transmisi melalui rute fekal-oral biasanya dari air yang terkontaminasi fekal atau makanan. Masa inkubasi selama 1-5 jam.
Text Box: Gambar 1.10  Fecally water menjadi sSalah satu faktor penyebab penyakit kolera Penyakit campakHasil gambar untuk gambar japanese encephalitis
11)  Japanese ensepalitis, adalah infeksi akut arbovirus. Manifestasi yang terjadi demam, gangguan siste saraf pusat. Masa intubasi 5-15 hari.

Text Box: Gambar 1.11 Nyamuk menjadi vektor penyakit japanese ensepalitis

12)  Text Box: Gambar 1.12 Penyakit meningokokusHasil gambar untuk gambar meningococcal diseaseMeningokokus, adalah infeksi akut bacterial dengan tanda gejala demam, sakit kepala, kaku leher, mual muntah dan ruam makulopopular. Transmisi melalui droplet udara tertutup maupun terbuka, kontak langsung dengan individu terinfeksi. Penegakan diagosa dengan kultur darah dan cairan serebrospinal.
13)  Tuberculosis (TBC), adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya.
Manifestasi Klinik:
·                     Demam 40-41oC serta batuk/batuk berdarah
·                     Sesak napas dan nyeri dada
·                     Malaise, keringat malam
·                     Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
·                     tbc.jpgPeningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
·                     Pada anak:
Text Box: Gambar 1.13 Perbdaningan paru sehat dan paru TBC- berkurang berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
- demam tanpa jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
- batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
- riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
Penularan TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung hasil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka.Daya tangkis orang dengan reaksi tuberculin negative dapat diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG.
14)  HIV/AIDS, Adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Penularan virus ditularkan melalui:
·         HIV.jpgHubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
·         Text Box: Gambar 1.14 Rute transimi HIVJarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
·         Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
·         Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui ASI.
Manifestasi klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV) /AcquiredImunnodeficiency Syndrome (AIDS). Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Rasa lelah dan lesu
b.      Berat badan menurun secara drastis
c.       Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d.      Mencret dan kurang nafsu makan
e.       Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f.       Pembengkakan leher dan lipatan paha
g.      Radang paru
h.      Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu:
A.    Manifestasi tumor
1.      Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang menjadi sebab kematian primer.
2.      Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta  dapat bertahan kurang lebih 1 tahun.
B.     Manifestasi oportunistik
1.      Manifestasi pada Paru
a.       Pneumoni pneumocystis(PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
b.      Cytomegalovirus(CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian pada AIDS.
c.       Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
d.      Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat menyebar ke organ lain di luar paru.
2.          Manifestasi gastrointestinal
             Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10% per bulan.
C.     Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.

Gejala dan stadium klinis Human Immunodeficiency Virus(HIV) /Acquired Imunnodeficiency Syndrome(AIDS)
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.
Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS
Gejala Mayor
Gejala Minor
Berat badan menurun >10% dalam 1 bulan
Batuk menetap >1 bulan
Diare kronik berlangsung >1 bulan
Dermatitis generalisata
Demam berkepanjangan >1 bulan
Herpes Zooster multi-segmental dan berulang
Penurunan kesadaran
Kandidiasis orofaringeal
Demensia/HIV ensefalopati
Herpes simpleks kronis progresif

Limfadenopati generalisata

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

Retinitis Cytomegalovirus

  
 
Tabel 1.2 Sasaran penyakit menular
 

B.     PROSES KEPERAWATAN

1.    Pengkajian
Pengkajian  penyakit menular meliputi enam dimensi (Clark, 1999), yaitu:
a.       Dimensi Biofisik

Ya
Tidak
Apakah klien di kelompok umur tertentu mempunyai resiko dibawah ini?
·         Campak
·         Penyakit gondok
·         Tetanus
·         Hepatitis A
·         Hepatitis B
·         Infeksi HIV
·         TBC
·         Penyakit menular seksual
·         Influenza
·         Varicella
·         Pertussis
·         Poliomeilities
·         Penyakit HiB
































Apakah klien mempunyai penyakit kronik?


Apakah klien menerima terapi imunosupresif?


Apakah klien mempunyai infeksi HIV?


Apakah klien cepat merasa lelah?


Apakah klien hamil?


Apakah klien mempunyai mempunyai riwayat IMS?


Apakah klien pernah menerima tranfusi darah?


                 
b.      Dimensi Psikologi

Ya
Tidak
Apakah klien merasa stress?


Apakah klien merasa depresi?


Apakah klien merasa kurang percaya diri di lingkungannya?



c.       Dimensi Fisik

Ya
Tidak
Apakah klien memiliki banyak aktivitas?


Apakah klien beresiko dari gigitan hewan atau serangga?


Apakah kondisi lingkungan fisik mempengaruhi adanya penyakit?


Apakah klien menunjukkan kontaminasi makanan atau air?


Apakah klien memiliki sanitasi yang buruk?



d.      Dimensi Sosial

Ya
Tidak
Apakah klien tidak memiliki rumah?


Apakah klien tinggal di penginapan atau di institusi lain?


Apakah hubungan sosial mendukung resiko tinggi?


Apakah terdapat anggota keluarga atau teman yang sakit?


Apakah peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi penyebaran resiko?


Jika penduduk beresiko tinggi, apakah klien melakukan upaya pencegahan?


Apakah klien terlibat dalam pelayanan anak sebagai penerima atau penyedia?


Apakah kepercayaan budaya dan lingkungan meningkatkan resiko penyakit klien?


Apakah klien hidup dalam lingkungan penyakit menular yang tinggi?


Apakah klien mengunjungi area lingkungan penyakit menular yang tinggi?






e.       Dimensi Perilaku

Ya
Tidak
Apakah klien tidak mampu merawat lingkungan?


Apakah klien terlibat dalam penyalahgunaan zat?


Apakah klien menggunakan obat terlarang?


Apakah klien menyebarkan obat terlarang?


Apakah klien aktif dalam seksual?


Apakah klien mempunyai pasangan seksual lebih dari 1?


Apakah klien melakukan hubungan seksual secara aman?


Apakah klien menggunakan kondom dalam berhubungan seksual?


Apakah klien menggunakan spray tertentu?


Apakah klien menggunakan kontrasepsi oral?


Apakah klien masuk dalam prostitusi untuk mendapatkan uang atau obat terlarang?


Apakah klien mempunyai keterkaitan dengan anggota dari kelompok resiko tinggi?


Apakah klien menjaga kebersihan diri dengan baik, misalnya cuci tangan?


Apakah klien mencuci buah dan sayuran sebelum memakannya?


Apakah klien memasak makanan hingga matang untuk membunuh mikroorganisme


Apakah klien menjamin kemurniaan air dari kontaminasi sebelum meminum dan memasaknya?



f.       Dimensi Sistem Kesehatan

Ya
Tidak
Apakah klien menerima imunisasi dibawah ini?
Campak
Gondok
Tetanus
Dipteria
Pertusis
HiB
Hepatitis A
Hepatitis B
Vericella
Influenza
TBC


Apakah klien menyediakan pelayanan imunisasi?


Apakah klien memiliki jaminan untuk pelayanan imunisasi?



2.      Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan pada Penyakit Menular
a.       HIV/AIDS
No
Diagnosa Masalah
Intervensi Keperawatan
1
Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi (00004)
Control infeksi (6540)
1.   Jaga kebersihan lingkungan
2.   Ajarkan teknik cuci tangan yang tepat sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3.   Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
4.   Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara menghindari infeksi seperti: tidak menggunakan jarum bersama, tranfusi darah dengan penderita, dan hubungan seksual
5.   Membuang sampah dengan aman dan benar
Manajemen Nutrisi (1100)
6.    Bantu dan anjurkan menentukan jenis nutrisi yang dibutuhkan (tinggi vitamin dan mineral)
7.   kolaborasi dengan tenaga kesehatan: pemberian ARV pada ibu hamil
2
Isolasi sosial
Konseling (5240)
1.      Membantu klien dalam mengidentifikasi masalah dan seberapa jauh mengontrol diri
2.      Membantu klien dalam meningkatkan perilaku menyeleaikan masalah
3.      Memotivasi klien dalam meningkatkan rasa percaya diri
4.      Memberikan kesempatan kepada klien dalam menentukan keputusan
5.      Identifikasi sumber sumber – sumber pribadi dan lingkungan yang dapat meningkatkan kontrol diri: keyakinan, agama
6.      Ajarkan perilaku klien untuk mencegah keparahan penyakit dengan cara: control dan minum obat teratur, konsumsi nutrisi seimbang, aktifitas dan istirahat teratur
Dukungan Emosional (5270)
7.      Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
8.      Menegaskan tentang pentingnya klien bagi orang lain
9.      Mendorong agar klien mengungkapkan perasaan negatif
10.  Memberikan rasa percaya dan keyakinan
11.  Memberi dukungan : moril, materiil ( khususnya keluarga ) : spiritual
12.  Memberikan informasi yang dibutuhkan


b.      Tuberculosis
No
Diagnosa
Intervensi
1
Resiko infeksi (00004) berhubungan dengan vaksinasi yang tidak adekuat, kurang informasi terkait menghindari pajanan infeksi, imunosupresi
Pengendalian infeksi (6545)
1.      Jelaskan tentang batuk efektif untuk menghinadari penyebaran infeksi dari satu penjamu ke yang lain
2.      Ajarkan cara membersihkan lingkungan setelah dipakai pasien dengan TBC
3.      Pertahankan teknik isolasi yang tepat
4.      Pendidikan northkesehatan terkait cara penyebaran infeksi TBC
5.      Pendidikan kesehatan terkait tanda dan gejala infeksi tbc
6.      Ajarkan cara menghindari infeksi
7.      Ajarkan teknik mencuci tangan
8.      Berikan pendidikan kesehatan terkait imunasi untuk menghindari TBC
9.      Laporkan jika ada kecurigaan infeksi TBC

Manajemen nutrisi (1100)
10.  Sarankan untuk melakukan pengaturan diet tinggi protein untuk menambah kekebalan tubuh

Manajemen lingkungan: komunitas (6484)
11.  Screening faktor resiko dari lingkungan
12.  Kolaborasi dan bekerjasama dengan lingkungan untuk mengembangkan upaya pencegahan penularan TBC
2
Kurang pengetahuan (00126) berhubungan dengan ketidakcukupan informasi,  ketidakcukupan sumber informasi  (Blackwell, 2014)
Pendidikan kesehatan (5510)
1.      Tentukan tingkat pengetahuan dan perilaku kelompok
2.      Identifikasi sumberdaya kelompok
3.      Menyusun materi edukasi terkait konsep TBC
4.      Berikan informasi mengenai darimana sumber informasi terkait TBC dapat di peroleh
5.      Gunakan teknik diskusi kelompok
6.      Demontrasikan cara pencegahan TBC
7.      Melibatkan kelompok dalam menentukan intervensi
Teaching : Proses penyakit (5602)
8.      Jelaskan terkait proses peyakit
9.      Lakukan evaluasi terkait edukasi


c.       Dengue Hemoragic Fever  (DHF)
No.
Diagnosa
Intervensi
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue  (00007)
Perawatan demam (3740)
1.      Libatkan keluarga dalam monitor suhu sesering mungkin
2.      Libatkan keluarga dalam monitor warna dan suhu kulit
3.      Edukasi dan libatkan keluarga dalam monitor penurunan tingkat kesadaran
4.      Edukasi keluarga untuk kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Pengaturan suhu (3900)
5.      Libatkan keluarga dalam monitor suhu minimal tiap 2 jam
6.      Edukasi keluarga untuk tingkatkan intake cairan dan nutrisi

2.
Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit (00132)
Manajemen nyeri (1400)
1.      Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri pasien.
2.      Edukasi keluarga untuk meningkatkan istirahat pasien.
3.      Edukasi keluarga teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri pasien (contoh : teknik massage)
3
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi (00126)
1.      Inisiasi skrining resiko kesehatan yang  berasal dari lingkungan
2.      Monitor status risiko kesehatan yang berasal dari lingkungan
3.      Dorong lingkungan untuk berpartisipasi aktif dalam keselamatan komunitas seperi melakukan 3M
4.      Koordinasikan layanan terhadap kelompok dan komunitas beresiko
5.      Lakukan program edukasi untuk kelompok beresiko

d.      Hepatitis

No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
1
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Manajemen Nutrisi (1100)
1.      Edukasi tentang pentingnya kebutuhan asupan nutisi
2.      Anjurkan diit rendah lemak dan tinggi kalori
3.      Anjurkan makan sedikit tapi sering
4.      Ajarkan modifikasi makanan yang sesuai
Monitoring Nutrisi (1160)
5.      Monitor adanya penurunan berat badan
6.      Monitor turgor kulit dan mobilitas
2
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi (00004) berhubungan dengan sifat menular dari agen virus
Kontrol Infeksi (6540)
1.      Edukasi tentang standar pencegahan seperti cuci tangan dan penggunaan sarung tangan
Perlindungan infeksi (6550)
2.      Monitor adanya tanda gejala infeksi sistemik dan lokal
Manajemen penyakit menular (8820)
3.      Informasikan mengenai imunisasi dan anjurkan untuk melakukan imunisasi (HBIg untuk Hepatitis B)
4.      Monitor sanitasi dan lingkungan
5.      Promosikan legislasi yang memastikan pemantauan dan pengobatan yang tepat untuk Hepatitis.
6.      Anjurkan melakukan pemeriksaan berkala.


e.        

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Communicable diseases atau penyakit menular merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian tertinggi di dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan khusus untuk mengendalikan penyakit menular untuk mengurangi insidensi penyakit menular dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal.
Praktik keperawatan komunitas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan komunitas memiliki peran yang sangat penting terhadap pencegahan, identifikasi dan pengendalian penyakit menular melalui pendekatan komunitas, intervensi lingkungan, promosi kesehatan komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan penyelidikan lebih lanjut. Pencegahan penyakit menular dapat dilakukan dengan tiga jenis pencegahan, yaitu pencegahan primer (sebelum terjadinya penyakit), pencegahan primer (deteksi dini penyakit, pengobatan), dan pencegahan tertier (untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dan rehabilitasi)

B.     SARAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian penyakit menular yang tinggi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular merupakan suatu hal yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas. Perawat komunitas juga harus mampu memahami konsep dasar pengendalian penyakit menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu daerah. Hal ini, dapat membantu  fungsi  praktik keperawatan komunitas agar lebih efektif dalam mencegah, mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit menular dalam suatu populasi.



 

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). (6th ed). United States: Mosby Elsevier.
Carpenito, L. J. (2010). Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. (13th ed). United States: Wolters Kluwer.
Clark, Mary Jo.1999. Community Health Nursing Handbook. USA: Appleton & Lange.
F. Mckenzei, James F. 2013. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Infodatin Tuberculosis:Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Moorhead, Sue., dkk. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC):Measurement of Health Outcomes. (5th ed.). United States: Mosby Elsevier.
Mubarak, dkk. (2009).  Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan  Aplikasi.  Jakarta: Salemba Medika.
Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) Community Health Nursing:promoting the health of population. USA:W.B. Saunders company
Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan.Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, 1 (1).
Nurarif, Amin & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Edisi Jilid III. Jogjakarta: Mediaction.
Spradley B. W & Allender J. A. 1996. Community Health Nursing Concept and Practice edisi 4. Philadelphia: Lippincott.